MANAJEMEN kONSTRUKSI
Apa Itu Manajemen Konstruksi?
I.
II.
Manajemen
konstruksi adalah ilmu yang mempelajari dan mempraktikan aspek-aspek dan
manajerial dan teknologi industri konstruksi. Manajemen konstruksi juga dapat
diartikan sebagai sebuah modal bisnis yang dilakukan oleh konsultan konstruksi
dalam memberi nasehat dan bantuan dalam sebuah proyek pembangunan.(Maris,
Rafie, dan Pratiwi, 2017)
Manajemen
konstruksi adalah usaha yang dilakukan melalui proses manajemen yaitu
perencanaan, pelaksanaan, dan pengendalian terhadap kegiatan-kegiatan proyek
dari awal sampai akhir dengan mengalokasikan sumber daya secara efektif dan
efisien untuk mencapai suatu hasil yang memuaskan sesuai sasaran yang
diinginkan. ( Rani, 2016:9)
Menurut
Rani (2016), manajemen dalam suatu konstruksi merupakan suatu alat untuk
mengefektifkan dan mengefisienkan kegiatan-kegiatan pada proyek tersebut.
Parameter yang digunakan disini adalah fungsi waktu dan biaya dari setiap
kegiatan proyek konstruksi. Jadi, untuk mengatur atau menata kegiatan-kegiatan
ini, seseorang harus lebih dahulu mengerti dan memahami persoalan dari awal
sampai akhir.
Manajemen
konstruksi merupakan suatu sistem pengelolaan pekerjaan pelaksanaan pembangunan
fisik yang ditangani secara multidisiplin professional, dimana tahapan-tahapan manajemen
diperlukan sebagai suatu sistem yang menyeluruh dan terpadu dengan tujuan untuk
mencapai hasil yang efektif dan efisien dalam aspek biaya, mutu, dan waktu.
III.
Keuntungan
Sistem Manajemen Konstruksi
Manajemen
konstruksi digunakan karena memiliki banyak keuntungan dibandingkan dengan
sistem konvensional (Asnudin, Tjakra, dan Sibi, 2018:897). Keuntungan penerapan
manajemen konstruksi dapat ditinjau dari beberapa aspek:
·
Aspek biaya
Dengan menggunakan manajemen konstruksi, pekerjaan pembangunan proyek dapat diselesaikan dalam waktu yang singkat. Hal ini dapat memberikan penghemat biaya kepada pemilik proyek. Evaluasi dan pemeriksaan keuangan baik oleh staf maupun oleh konsuktan manajemen konstruksi selama penyelenggaraan proyek akan memberikan keuntungan pada pemilik proyek dengan adanya pengawasan secara teratur. Misalnya: pembelian material import,biasanya memerlukan waktu yang lama, tetapi dapat dilakukan secepat mungkin karna ketersediaan biaya. (Asnudin, Tjakra, dan Sibi, 2018:897-898)
·
Aspek mutu
Pada proyek yang
tergolong berskala besar, penerapan sistem manajemen konstruksi akan sangat
membantu dalam hal pengawasan mutu bangunan. Perpaduan dari berbagai bidang
keahlian dalam tim konsultan manajemen konstruksi akan memberikan kontribusi
yang positif pada pemilik, terutama pada tahap pelaksanaan. Konsultan manajemen
konstruksi akan sangat membantu untung memberikan penilaian atau evaluasi
mengenai usulan-usulan kemajuan pekerjaan metode kerja dari kontraktor sehingga
dapat dicapai mutu atau kualitas hasil pekerjaan. Dalam sistem konvensional, seleksi
kontraktor konvensional (sub kontraktor) ditangani oleh pemilik proyek dan
dibantu oleh tim manajemen konstruksi. (Asnudin, Tjakra, dan Sibi, 2018:898)
·
Aspek waktu
Dengan diterapkannya
sistem manajemen konstruksi, pelaksanaan konstruksi dapat dilakukan lebih awal
walaupun perencanaan belum sepenuhnya selesai. Hal ini bisa dilakukan karena
adanya penerapan metode fast track yaitu
sebagian tahap pelelangan dan pelaksanaan dapat dilakukan sebelum seluruh
rangkaian selesai. Dengan demikian waktu yang diperlukan untuk menyelesaikan
suatu proyek menjadi lebih singkat. Dengan sistem ini berbagai hal seperti
tugas-tugas manajerial pengambilan keputusan dalam tahap perencanaan,
pelelangan, pengadaan material dan pelaksanaan dapat diatur dan disesuaikan
waktunya menurut urutan skala prioritas kebutuhan proyek yang mendesak.
(Asnudin, Tjakra, dan Sibi, 2018:898)
IV.
Peran
Konsultan MK Dalam Proyek Konstruksi
Dalam
suatu proyek berskala berskala besar perlunya pengelolaan yang terarah dan baik, karena suatu proyek memiliki
keterbatasan sehingga tujuan akhir dari suatu proyek dapat tercapai dan
memiliki tingkat kerumitan yang tinggi, owner dan menginginkan tidak terdapat
kesalahan dan dalam pengerjaannya.
Untuk
itu diperlukan konsuktan manajemen konstruksi yang membantu mengelola dari
tahap awal sampa tahap akhir. Dimana dikelola dalam lingkup manajemen proyek
yaitu mutu, biaya, waktu, keselamatan kerja, dan kesehatan, lingkungan,
sumberdaya, resiko, dan sistem informasi. (Maris, Rafie, dan Pratiwi 2017:3)
Menurut
Adi Sanjaya Pelawi (2019:19), peranan MK pada tahapan proyek konstruksi dibagi
menjadi 4, yaitu:
1. Agency Conctruction Manajement (ACM)
![]() |
https://daksanabumiteknik.com/2019/12/09/topi-proyek/ |
Pada sistem ini konsultan manajemen konstruksi mendapat tugas dari pihak pemilik yang berfungsi sebagai penghubung “koordinator” antara perancangan dan pelaksanaan serta antar para kontraktor. Pihak pemilik dapat langsung melakukan kontrak dengan kontraktor sesuai dengan paket yang telah di siapkan, karena konsultan MK tidak bisa menjamin biaya total dan serta mutu bangunan, dan konsultan MK juga tidak dapat menjamin waktu dalam penyelesaian proyek.
2. Extended service Construction Manajement (ESCM)
Jasa konsultan MK dapat diberikan oleh pihak perencana atau pihak kontraktor. Apabila perencana melakukan jasa manajemen konstruksi akan terjadi “konflik kepentingan” karena peninjauan terhadap proses perancangan tersebut dilakukan oleh konsultan perencana itu sendiri
3. Owner
Construction Manajement (OCM)
Dalam hal ini pemilik mengembangkan bagian manajemen konstruksi professional yang bertanggung jawab terhadap manajemen proyek yang dilaksanakan.
4. Guaranted
Maximum Price Construction Management (GMPCM)
Konsultan ini bertindak
lebih kearah kontraktor umum daripada sebagai wakil pemilik. Konsultan GMPCM
ini tidak melakukan pekerjaan konstruksi melainkan bertanggung jawab langsung
kepada pemilik terhadap biaya, waktu, dan mutu. Jadi dalam surat perjanjian
kerja/ kontraktor GMPCM tipe ini bertindak sebagai pemberi kerja terhadap para
kontraktor (sub kontraktor).
V.
Tahapan
Konstruksi
Menurut
Rani (2016), sasaran manaejemen konstruksi adalah unuk menata pekerjaan
konstruksi agar pekerjaan tersebut berlangsung efektif dan efisien.
1) Studi
Kelayakan
Manajemen konstruksi
berperan memeriksa layak atau tidaknya suatu konstruksi bangunan menyangkut
pengaruh terhadap lingkungan, dan jauh dektanya terhadap fasilitas umum.
2) Rekayasa
Desain
Fungsi manajemen
konstruksi pada rekayasa desain ini menyangkut pada penyediaan
fasilitas-fasilitas, sistem pembuangan air kotor, sistem air bersih, pemipaan
dan lain-lain.
3) Pengadaan
Setelah rekayasa desain
selesai, diperlukan bahan material, biaya dan sumber daya. Disini manajemen
konstruksi berfungsi untuk mengatur sumber daya yang masuk agar tidak terjadi
pembengkakkan dana.
4) Pelaksaan
Konstruksi
Pada tahap ini manajemen konstruksi dibutuhkan untuk menata dan mengatur setiap kegiatan, agar pemanfaatan sumber daya menjadi efektif dan efisien. Memantau pekerjaan yang telah dikerjakan dan juga memantau konflik yang terjadi antar sumber daya.
5) Pemanfaatan
6) Pemeliharaan
Pada tahap ini di
perlukan manajemen pemeliharaan untuk memantau hasil pekerjaan yang telah
selesai, apakah ada kerusakan setelah pembangunan apakah baik-baik saja.
Comments
Post a Comment